Makalah Komunikasi Massa "FILM"


Makalah Komunikasi Massa
Judul Tugas
“ FILM “
Di

S
U
S
U
N

Oleh
Kelompok 6

Nama                                    NIM
Ibnu Munji Eko D.     : 11c20220032
T. Marwan                   : 11c20220010
Mimi Saputra             : 11c20220034
Mahyuddin                  : 11c20220026
Mayshuri                      : 10c20220018





JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TA. 2011/2012
BAB I
PEMBUKAAN

1.1     Latar Belakang
Film merupakan sesuatu yang sudah dikenal oleh seluruh orang di seluruh belahan dunia. Hampir setiap Negara sudah dapat memproduksi film nasional atau fim dekumenter yang berkaitan dengan sejarah atau peristiwa penting bagi sejarah bangsa itu sendiri.

FIlm merupakan media campuran  dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Ia cangkokan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara, juga dari  berbagai kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur hingga musik.

Di zaman sekarang ini, Film merupakan salah satu hiburan yang dapat diakses dengan mudah. Masyarakat sudah tidak asing lagi menonton film, baik di televise, bioskop, maupun melalui media-media tradisional seperti layar tancap. Masyarakat bisa setiap hari menonton film lebih dari satu judul film, ini dikarenakan kecanggihan teknologi sudah semakin maju.

Berbagai macam film sudah beredar dimasyarakat, dari mulai film documenter yang berkaitan dengan sejarah, hingga film-film animasi untuk kanak-kanak, tinggal bagaimana masyarakat bisa memilih tontonan film yang sesuai dengan usianya.


1.2     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini, diantaranya:
1.       Untuk mengetahui pengertian film
2.      Untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana sejarah dan perkembangan film
3.      Untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana sejarah dan perkembangan film Indonesia

I.3     Rumusan Masalah
1.       Apa itu film?
2.      Sejarah dan Perkembangan Film ?
3.      Jenis – jenis Film ?
4.      Unsur – unsur Film ?
5.      Tahapan Pembuatan Film ?
6.      Dampak Positif dan Negatif Film ?
7.       Kelebihan dan Kekurangan Film ?
















BAB II
ISI

2.1     Pengertian Film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya.

Pengertian film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Ø  Selaput. Selaput yang terbuat dari seluloid untuk tempat negative yang dari situ dibuat potretnya,tempat gambar positif yang akan dibuat di bioskop.
Ø  Gulungan serangkaian gambar-gambar yang diambil dari objek-objek yang bergerak dan akhirnya proyeksi dari hasil pengambilan gambar tersebut.
Ø  Cerita yang diputar di bioskop.

Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri, asas yang membedakan film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film lainnya.


2.2     Sejarah dan Perkembangan Film

Tahun 1250,  ditemukan sebuah kamera bernama OBSCURA.
Tahun 1250-1895, disebut dengan masa pra sejarah film karena itu merupakan masa dimana terdapat penemuan" baru yg disebabkan obsesi" besar orang eropa, contohnya terciptanya sebuah alat yang bisa merekam gerak (yang hingga kini digunakan untuk membuat sebuah film).

Tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal adanya sebuah sinema, karena pada tanggal 28 Desember 1895, untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman, sebuah film cerita dipertunjukkan di depan umum. Film ini dibuat oleh Lumiere bersaudara, Lumiere Louis (1864-1948) dan Auguste (1862-1954), inventor terkenal asal Perancis dan pelopor industri perfilman. Tempat pemutaran film itu adalah di Grand Cafe di Boulevard des Capucines, Paris. Sekitar 30 orang datang dengan dibayar untuk menonton film-film pendek yang mempertunjukkan kehidupan warga Perancis.

Sesungguhnya, pada awal 1885, telah diproduksi gambar bergerak pertama namun, film karya Lumiere bersaudara yang dianggap sebagai film sinema yang pertama. Judul film karya mereka adalah “Workers Leaving the Lumiere Factory.” Pemutaran film ini di Grand Cafe menandai lahirnya industri perfilman.

Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere bersaudara inilah yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903) dan di Italia (1905).

Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata.    

Isu yang cukup menarik dibicarakan mengenai industri film adalah persaingannya dengan televisi. Untuk menyaingi televisi, film diproduksi dengan layar lebih lebar, waktu putar lebih lama dan biaya yang lebih besar untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik.


Menurut Jack Valenti, kekuatan unik yang dimiliki film, adalah:
1.       Sebagai hasil produki sekelompok orang, yang  berpengaruh terhadap hasil film;
2.      Film mempunyai aliran-aliran yang menggambarkan segmentasi dari audiensnya. Seperti: drama, komedi, horor, fiksi ilmiah, action dan sebagainya. Bagi Amerika Serikat, meski film-film yang diproduksi berlatar belakang budaya sana, namun film-film tersebut merupakan ladang ekspor yang memberikan keuntungan cukup besar.

Hal lainnya adalah soal konglomerasi dalam industri ini, dimana konglomerat besar industri film dunia mempunyai kontrol terhadap pendistribusian film ke bioskop, video, stasiun Televisi kabel dan stasiun televisi sampai luar negeri. Hal tersebut berimplikasi yang membuat pemain baru tidak bisa masuk.

Hampir sama dengan industri musik dan rekaman, pelanggaran hak atas kekayaan intelektual juga menghantui industri perfilman. Meski dalam setiap film produksi AS terhadap peringatan dari FBI, namun pembajakan film tetap saja tidak bisa diremehkan begitu saja.

Sejarah film baru dimulai dan baru sedikit orang yang bekerja di sini sehingga sejarah film memiliki keterbatasan teoritik.


Selama ini sejarah film:
Ø  Terlalu ditekankan pada TV dan film itu sendiri, karena sejarah ini ditulis oleh para kritikus.
Ø  Film merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Selama ini pendekatan sejarah film dilakukan dengan pendekatan yang sulit diadaptasi.
Ø  Penulisan sejarah tergantung dan hanya menyangkut kenangannya saja, bukan pendekatan sejarah yang benar.
Ø  Penulisan sejarah dilakukan dengan menggunakan sumber sutradara atau actor tanpa sikap kritis. Pendekatan baru dalam sejarah film menggunakan lebih banyak data, bukan hanya kesaksian actor, sutradara, dll.
Ø  Pendekatan sejarah film selama ini terlalu kategorik. Pengertian gerakan film dan aliran film tidak membantu banyak dalam penulisan sejarah film. Contohnya, nouvelle vague (new wave: gerakan baru sinema Perancis di tahun 1960-an, dengan Jean Luc-Godard sebagai salah satu eksponennya, pen.). Nouvelle vague itu gerakan atau hal yang semu semata?
Ø  Bentuknya stereotip. Penulisan sejarah film biasanya menggunakan biografi klasik (kelahiran, perkembangan, dan kejatuhan). Padahal sejarah tidak harus linear, tidak mengikuti skema Negara. Tujuan film kan dikembangkan untuk seluruh dunia.

Film bersuara keluar pertama kali dari studio Warner Brothers karena kondisi studio itu yang terdesak dan hampir merugi. Wartawan mengembangkan mitos persoalan WB ini. Padahal terlihat bahwa WB memang sengaja melakukan investasi besar-besaran untuk film bersuara ini. Faktanya sekarang WB menjadi konglomerasi media raksasa, bernama AOL-Time Warner.

Tahun 1913-1914 merupakan periode sejarah yang kompleks. Film bisu merupakan early cinema, tapi bukan film primitif. Pengertian primitif dalam film sebenarnya terpengaruh oleh terminologi seni primitif yang mengacu pada seni Afrika. Lalu istilah ini dipakai untuk menyebut film-film Melies. Early cinema digunakan untuk menyebuat sinema awal.

Periode tahun 1902-1908, gambar ditampilkan dalam bentuk lukisan (model Melies). Ini yang disebut model representasi primitive (Noel Bratch). Pengambilan gambar diambil dalam bentuk general shot. Penonton berada di luar frame. Setiaptableu bersifat otonom.

Pada tahun 1918, ada fenomena yang berdampak ganda pada film seni. Dalam salah satu film Melies, ada adegan kejar-mengejar yang menampakkan cirri film comic. Dari sinilah muncul scenario dan munculnya scenario ini didorong oleh munculnya editing film. D.W. Griffith mengembangkan adegan kejar-mengejar ini dari Pathe, sementara ia juga menggunakan gambar telepon dan surat yang silih berganti. Gambar ini beraasl dari film Goumount. Di film Griffith ini mulai terjadi peralihan ruang.

Pada tahun 1978, Federasi Arsip Film mengadakan kongres di Brighton dan mempertontonkan 500 film early cinema. School of Brighton adalah sebuah kolokium historiografi film.  Film-film ini ditemukan oleh sinematek Inggris. Ahli-ahli yang berkonsentrasi pada early cinema ini kira-kira 350-an orang. Dari temuan itu, kita mengetahui bahwa pada tahun 1908 profesi sutradara belum seterhormat sekarang. Hal ini membuktikan bahwa sejarah film harus terus-menerus ditulis.



2.3     Jenis – jenis Film

Genre / Jenis adalah Sebuah METODE UNTUK Indetifiksasi menentukan Jenis / tipe Dari film. Cara membaca Genre dapat di lihat Dari berberapa Aspek, ANTARA lain:

A.    Mengatur Film
B.    Mood Film
C.    Format Film (animasi)
D.   Umur, Grup penonton (anak-anak, remaja, dewasa)

Jenis-Jenis Genre di Film:
a.     Tindakan
b.     Petualangan
c.      Komedi
d.     Kejahatan / gangster 
e.     Drama
f.       Epik / sejarah
g.     Horor
h.     Musik
i.       Scient fiksi
j.       Perang
k.     Barat

Genre film terbagi lagi menjadi Sub-Genre, ANTARA lain:
a.     Film biografi
b.      ‘Chick’ film (atau Film Gal)
c.       Detektif / Misteri Film
d.      Bencana Film
e.      Fantasi Film
f.        Film Noir
g.      ‘Guy’ Films
h.      Melodrama atau Wanita “Weepers”
i.        Jalan Film
j.        Romantis Film
k.      Olahraga Film
l.        Film Supernatural
m.   Thriller / Film Ketegangan


Genre Aksi
Film action biasanya termasuk energi tinggi, besar anggaran stunts fisik dan mengejar, mungkin dengan penyelamatan, pertempuran, perkelahian, lolos, krisis destruktif (banjir, ledakan, bencana alam, kebakaran, dll), non-stop gerak, ritme spektakuler dan mondar-mandir , dan petualang, sering ‘baik-pria’ dua dimensi pahlawan (atau baru, pahlawan) berjuang melawan ‘orang jahat’ – semua yang dirancang untuk eskapisme penonton murni. Termasuk mata-mata / spionase seri ‘fantasi’ James Bond, film seni bela diri, dan apa yang disebut ‘blaxploitation’ film. Sebuah sub-genre utama adalah film bencana. Lihat juga Bencana Terbesar dan Adegan Film Crowd dan Terbesar Adegan Chase Classic dalam Film.

Genre Petualangan
Film petualangan biasanya cerita menarik, dengan pengalaman baru atau locales eksotis, sangat mirip atau sering dipasangkan dengan genre film aksi. Mereka dapat mencakup swashbucklers tradisional, film serial, dan kacamata sejarah (mirip dengan genre film epik), pencarian atau ekspedisi untuk benua yang hilang, “hutan” dan “padang pasir” epos, berburu harta karun, film bencana, atau mencari yang tidak diketahui.
Genre Komedi
Komedi ringan-hati plot konsisten dan sengaja dirancang untuk menghibur dan memprovokasi tawa (dengan satu-liners, lelucon, dll) dengan melebih-lebihkan situasi, bahasa, tindakan, hubungan dan karakter. Bagian ini menjelaskan berbagai bentuk komedi melalui sejarah sinematik, termasuk slapstick, sinting, parodi dan parodi, komedi romantis, komedi hitam (komedi satir gelap), dan banyak lagi. Lihat Funniest Moments situs ini Film dan koleksi Pemandangan – ilustrasi, dan juga 50 Majalah Premiere yang Comedies Terbesar Sepanjang Masa.

Genre kejahatan / gangster
Kejahatan (gangster) film dikembangkan di sekitar tindakan jahat dari penjahat atau mafia, khususnya bankrobbers, angka bawah, atau penjahat kejam yang beroperasi di luar hukum, mencuri dan membunuh jalan mereka melalui kehidupan. Film kriminal dan gangster sering dikategorikan sebagai film noir atau detektif-misteri film – karena persamaan mendasar antara bentuk-bentuk sinematik. Kategori ini mencakup deskripsi berbagai film ‘pembunuh berantai’.

Genre Drama
Drama serius, plot-driven presentasi, karakter realistis menggambarkan, pengaturan, situasi kehidupan, dan cerita yang melibatkan pengembangan karakter dan interaksi yang intens. Biasanya, mereka tidak berfokus pada efek khusus, komedi, atau tindakan, film Drama mungkin genre film terbesar, dengan banyak subset. Lihat juga melodrama, epik (drama historis), atau genre romantis. Film biografi Drama (atau “biopics”) adalah sebuah sub-genre utama, seperti ‘dewasa’ film (dengan konten subjek dewasa).

Epik / Film Sejarah
Epik meliputi drama kostum, drama sejarah, film perang, romps abad pertengahan, atau ‘gambar masa’ yang sering mencakup hamparan besar waktu yang ditetapkan terhadap latar belakang, luas panorama. Elemen epik berbagi sering dari genre film petualangan yang rumit. Epik mengambil peristiwa historis atau dibayangkan, tokoh mitos, legenda, atau heroik, dan menambahkan pengaturan mewah dan kostum mewah, disertai dengan keagungan dan tontonan, ruang lingkup yang dramatis, nilai-nilai produksi tinggi, dan skor musik menyapu. Epik sering versi, lebih spektakuler mewah sebuah film biopic. Beberapa ‘pedang dan sandal’ film (atau film epik Alkitab terjadi selama kuno) memenuhi syarat sebagai sub-genre.

Genre Horor
Film horor dirancang untuk menakut-nakuti dan memanggil ketakutan tersembunyi kita yang terburuk, sering kali di final, menakutkan mengejutkan, sementara menawan dan menghibur kita pada saat yang sama dalam pengalaman katarsis. Film horor menampilkan berbagai gaya, dari klasik Nosferatu awal diam, untuk monster CGI hari ini dan manusia gila. Mereka sering digabungkan dengan fiksi ilmiah ketika ancaman atau rakasa terkait dengan korupsi teknologi, atau ketika Bumi terancam oleh alien. Fantasi dan genre film supranatural tidak biasanya identik dengan genre horor. Ada banyak sub-genre horor: pedang, teror remaja, pembunuh berantai, setan, Dracula, Frankenstein, dll Lihat Moments Film paling menakutkan situs ini dan koleksi Scenes – diilustrasikan.

Genre Musik
Film musik / tari bentuk sinematik yang menekankan nilai skala penuh atau lagu dan tarian secara signifikan (biasanya dengan pertunjukan musik atau tarian terintegrasi sebagai bagian dari narasi film), atau mereka adalah film-film yang berpusat pada kombinasi musik , tari, lagu atau koreografi. Subgenre utama termasuk komedi musik atau film konser. Lihat Greatest Moments situs ini Musik Film Lagu / Tari dan koleksi Scenes – diilustrasikan.

Genre Sci-Fi
Sci-fi film sering quasi-ilmiah, visioner dan imajinatif – lengkap dengan pahlawan, alien, planet yang jauh, quests tidak mungkin, pengaturan tidak mungkin, tempat-tempat yang fantastis, penjahat gelap dan gelap yang besar, teknologi futuristik, pasukan tak dikenal dan diketahui, dan monster yang luar biasa ( ‘hal-hal atau makhluk dari angkasa’), baik yang diciptakan oleh para ilmuwan gila atau malapetaka nuklir. Mereka kadang-kadang cabang dari film fantasi, atau mereka memiliki beberapa kesamaan dengan aksi / petualangan film. Fiksi ilmiah sering mengungkapkan potensi teknologi untuk menghancurkan umat manusia dan mudah tumpang tindih dengan film horor, terutama ketika teknologi atau bentuk kehidupan alien menjadi jahat, seperti dalam “Zaman Atom” sci-fi film pada 1950-an

Genre Perang
Film perang mengakui kengerian dan patah hati perang, membiarkan pertempuran pertarungan yang sebenarnya (melawan bangsa-bangsa atau umat manusia) di darat, laut, atau di udara memberikan plot primer atau latar belakang aksi film. Film perang sering dipasangkan dengan genre lainnya, seperti aksi, petualangan, epik drama, romance, komedi (hitam), ketegangan, dan bahkan dan koboi, dan mereka sering mengambil pendekatan yg mengadu ke arah peperangan. Mereka mungkin termasuk kisah tawanan perang, cerita operasi militer, dan pelatihan.

Genre Barat
Western adalah genre mendefinisikan utama dari industri film Amerika – pidato untuk hari-hari awal perbatasan Amerika luas. Mereka adalah salah satu, genre tertua paling abadi dengan plot yang sangat dikenali, elemen, dan karakter (enam senjata, kuda, kota berdebu dan jalan, koboi, India, dll). Seiring waktu, westerns telah ditetapkan kembali, menciptakan kembali dan diperluas, diberhentikan, ditemukan kembali, dan palsu.



2.4     Unsur – unsur Film

Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film antaralain: produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera (kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, aktor-aktris (bintang film).

1. Produser
Unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi atau pembuatan film adalah produser. Karena produserlah yang menyandang atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi film. Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan, serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film. 

2. Sutradara
Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai “orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario ke dalam aktivitas produksi.

3. Penulis Skenario
Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film itu ditulis dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas pengungkapannya. Jadi, penulis skenario film adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film. 

4. Penata Kamera (Kameramen)
Penata kamera atau popular juga dengan sebutan kameramen adalah seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan) gambar di dalam kerja pembuatan film. Karena itu, seorang penata kamera atau kameramen dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton melalui gambar demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Di dalam tim kerja produksi film, penata kemera memimpin departemen kamera.

5. Penata Artistik
Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat gambaran kasar adegan demi adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun berwarna. Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pelaku (pemeran) film dan lainnya. 

6. Penata Musik
Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan oleh film. 

7. Editor
Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar.

8. Pengisi dan Penata Suara
Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Jadi, tidak semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam berdialog di film. Penata suara adalah seseorang atau pihak yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara yang terekam dalam sebuah film. Di dalam tim kerja produksi film, penata suara bertanggungjawab memimpin departemen suara.

9. Bintang Film (Pemeran)
Bintang film atau pemeran film dan biasa juga disebut aktor dan aktris adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebuah film yang diproduksi dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut sesuai skenario yang ada. Keberhasilan sebuah film tidak bisa lepas dari keberhasilan para aktor dan aktris dalam memerankan tokoh-tokoh yang diperankan sesuai dengan tuntutan skenario (cerita film), terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya. Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama (tokoh utama) dan pemeran pembantu (piguran).





2.5     Tahapan Pembuatan Film

Sebelum membuat film langkah awal yang harus ditentukan adalah membuat cerita dan menentukan tujuan pembuatan film itu sendiri. Seperti sebagai hiburan, untuk mengangkat fenomena, sebagai pembelajaran dan pendidikan, untuk dokumenter, ataukah untuk menyampaikan pesan dan moral tertentu. Tujuan ini sangat penting agar nantinya pembuatan film lebih terfokus, sesuai dan terarah.

Langkah yang harus ditempuh untuk membuat sebuah film harus melewati beberapa langkah untuk tahapan proses pembuatan film agar bisa selesai. Berikut adalah tahapan yang harus ditempuh :
  1. Tahap Pra Produksi
  2. Tahap Produksi
  3. Tahap Pasca Produksi


TAHAP PRA PRODUKSI
Menganalisa Ide Cerita
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data.

Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain: 
  • Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan. 
  • Percakapan atau aktivitas sehari-hari yang menarik untuk di film kan. 
  • Cerita rakyat atau dongeng. 
  • Biografi seorang terkenal atau berjasa. 
  • Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel. 
  • Dari kajian musik, dll

Menyiapkan Naskah Skenario
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel atau pun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Break down naskahBreak down naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film. 

Merekrut Pekerja FIlm
  • Menyeleksi kru dari tiap departemen. 
  • Menentukan kru dari hasil show reel ( report produksi). 
  • Menetapkan komposisi kru berdasarkan anggaran. 
  • Menyusun tim produksi. 

1. Tim Non Artistik yang meliputi : 
  • Producer 
  • Executive Producer 
  • Line Producer 
  • Production Manager dan Unit Manager

2. Tim Artistik yang meliputi 
  • Sutradara, Asisten Sutradara dan Pencatat Skrip 
  • Penata Kamera, Asisten Kamera dan Still Photo 
  • Penata Artistik, Penata Rias dan Busana 
  • Penata Lampu 
  • Penata Suara da Penata Musik 
  • Penata Editing

Menyusun Jadwal dan Budgeting
Jadwal disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja, biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot keberapayang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya: 
  • Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain. 
  • Penyediaan kaset video. 
  • Penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan. 
  • Penyediaan property, kostum, make-up. 
  • Honor untuk pemain, konsumsi. 
  • Akomodasi dan transportasi. 
  • Menyewa alat jika tidak tersedia.
Hunting Lokasi
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin.

Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.

Menyiapkan kostum dan Property
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan artistik.

Menyiapkan Peralatan
Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan antara lain : 
  • Clipboard. 
  • Proyektor. 
  • Lampu. 
  • Kabel Roll. 
  • TV Monitor. 
  • Kamera video S-VHS atau Handycam. 
  • Pita/Tape. 
  • Mikrophone clip-on wireless. 
  • Tripod Kamera. 
  • Tripod Lampu.

Casting Pemain
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih langsung atau pun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.

TAHAP PRODUKSI
Tahap Produksi adalah proses yang paling menentukan keberhasilan penciptaan sebuah karya film. proses yang dalam kata lain bisa disebut dengan shooting (pengambilan gambar) ini dipimpin oleh seorang sutradara, orang yang paling bertanggung jawab dalam proses ini. orang yang ikut dalam proses ini antara lain kameraman atau DOP (Director Of Photography) yang mengatur cahaya, warna, dan merekam gambar. Artistik yang mengatur set, make up, wardrobe dan lain sebagainya. dan Soundman yang merekam suara. 

Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan adalah :

Manajemen Lapangan
  • Manajemen lapangan mencakup beberapa hal, yaitu:
  • Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan )
  • Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll )
  • Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan alat )
  • Crew koordinasi ( koordinasi para kru )

Attitude dalam bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran, pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk mencapai sukses. Berdoa sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai merupakan hal yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitudeyang diinginkan. Jangan pernah kehilangan control emosi pada saatsyuting. Apalagi semua bekerja dengan keterbatasan waktu.

Shooting
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan kru sangat menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh karena itu penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk mencapai hasil maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa hal yang harus kita ketahui.

1. Shooting Outdoor
Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor adalah : 
  • cahaya matahari ( hard, soft ) 
  • reflector ( silver, gold ) 
  • hujan buatan 
  • camera setting ( irish, speed, white balance, focus) 
  • crowd control ( working with ekstras )

2. Shooting Indoor 
Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor, namun dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain :
  • penggunaan lighting sederhana 
  • penggunaan filter 
  • make up 
  • pemilihan back ground 
  • monitor

3. Visual Efek
Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan lebih menarik antara lain dengan : 
  • reserve motion 
  • fast motion ( normal lipsync ) 
  • slow motion (normal lipsync ) 
  • crhoma key ( blue screen )
Beberapa hal lain pada saat produksi yang juga perlu untuk diperhatikan yaitu : 
  • makan/ logistik
  • sewa peralatan
  • film
  • transportasi
  • akomodasi
  • telekomunikasi
  • dokumentasi
  • medis


Tata Setting
Set construction merupakan bangunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara menarik.

Tata Suara
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan suara) di dalam dan di luar ruangan.

Tata Cahaya
Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya kualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat di ibaratkan melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam objek.

Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan dengan artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk menambah cahaya.

Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera minimal lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang menandakan cahaya under.
Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan, karena warna putih mengandung semua unsur warna cahaya.

Tata Kostum
Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karenanya sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai adegan yang terjadi berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk mengantisipasinya maka sebelum pengambilan gambar dimulai para pemain difoto dengan kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan dapat dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot selanjutnya.

Tata Rias
Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih cantik atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.

TAHAP PASCA PRODUKSI
Proses Editing
Proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Tugas editor antara lain sebagai berikut: 
  • Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya. 
  • Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shooting report. 
  • Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara. 
  • Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya. 
  • Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk keperluan editing. 

Review Hasil Editing
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing.

Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.

Persentasi dan Evaluasi
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan : 
  • Ahli Sinematografi, Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya. 
  • Ahli Produksi Film, Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll.
  • Ahli Editing Film (Editor), Untuk mengupas dari segi teknik editingnya. 
  • Penonton/penikmat film, Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film.






2.6     Dampak Positif dan Kelebihan Film

1.      Film Sebagai Media Pertukaran Budaya
Melalui film banyak hal yang bisa kita ambil dan pelajari tentang budaya. Baik itu budaya masyarakat disekitar kita ataupun budaya luar yang sama sekali asing buat kita. Film juga dilihat sebagai media sosialisasi dan media publikasi budaya yang ampuh dan persuasif. Ingat film merupakan cerminan budaya, dimasyarakat pada waktu/zaman tertentu.

2.      Film Sebagai Sarana Hiburan Masyarakat
Salah satu kelebihan film yang tidak terbantahkan adalah, kemampuan film dalam menyuguhkan video dan audio yang tentunya dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat melalui televisi. Saat ini masyarakat sangat bergantung pada media televisi. Dimana segala hiburan mudah di dapat dan di akses pada televisi. Dan film tetap menjadi bagian utama dari produk  yang ditampilkan/disodorkan televisi.

3.      Film Sebagai Penyampai Pesan Dan Kemampuan Mempegaruhi Audiens
Film selalu memiliki makna dan pesan yang ingin disampaikan kepada audiens/masyarakat. Pesan yang disampaikan pun tentunya berbeda tergantung pada persepsi audiens sebagai penerima pesan. Dengan adanya peran dari tokoh dan intrik yang dilakoni aktor/artis pada film, ampu mempengaruhi audiensnya untuk mengikuti atau justru melakukan hal yang sama, terutama pada anak yang mengkonsumsi film tersebut. Apabila film tersebut sarat dengan pesan baik, tentunya mampu mengubah sikap dan perilaku audiensnya pada hal yang positif. Begitu pula sebaliknya.




2.7    Dampak Negatif dan Kekurangan  Film

1.      Meningkatnya Agresifitas Anak
Tontonan kartun luar yang banyak menampilkan kekerasan, omongan yang kasar, tampilan yang merendahkan orang lain dan tidak senonoh sangat berpengaruh pada agresifitas anak. Sebut saja kartun Sinchan, Spongebob, Tom n Jerry dan lainnya. Ingat tidak semua kartun baik untuk anak.

2.     Konten Seks  
Konten sek (Baik itu pornografi ataupun porno aksi) pada film sangat berdampak negatif (pada perilaku dan mental) masyarakat. Terutama pada anak dan remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi.

3.     Membutuhkan Waktu Khusus
Selain kelebihannya dalam menampilkan video dan audio, ini juga menjadi faktor kekurangan dan berdampak negatif. Dibutuhkannya waktu khusus untuk mengkonsumsi film. Dan ini juga berdampak negatif pada anak anak, dengan banyaknya tayangan kartun pada televisi saat ini, sehingga berkurangnya waktu anak belajar dan bermain bersama teman temannya.

4.     Hilangnya Nilai Budaya lokal
Saat ini banyak film luar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Dan merubah pola fikir masyarakat bahwa budaya yang luar yang mereka lihat/konsumsi (yang sama sekali aneh atau justru salah) dianggap baik dan patut ditiru. Belum lagi film Indonesia (film layar lebar,sinetron dan Ftv) yang “selalu” menyajikan budaya satu daerah, sehingga mempengaruhi dan hilangnya nilai budaya pada masyarakat lokal. 



















BAB III
PENUTUP

2.8     Kesimpulan
   Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

   Tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal adanya sebuah sinema, karena pada tanggal 28 Desember 1895, untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman, sebuah film cerita dipertunjukkan di depan umum. Film ini dibuat oleh Lumiere bersaudara, Lumiere Louis (1864-1948) dan Auguste (1862-1954), inventor terkenal asal Perancis dan pelopor industri perfilman. Tempat pemutaran film itu adalah di Grand Cafe di Boulevard des Capucines, Paris. Sekitar 30 orang datang dengan dibayar untuk menonton film-film pendek yang mempertunjukkan kehidupan warga Perancis.
   Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere bersaudara inilah yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903) dan di Italia (1905).
 Pertunjukan film di Indonesia sudah dikenal orang pada tahun 1990, sebab pada tahun itu iklan bioskop sudah termuat di koran-koran. Sedang pembuatan film, baru dikenal tahun 1910-an. Itu pun sebatas pada pembuatan film dokumenter, film berita atau film laporan. Pada tahun 1926, barulah dimulai pembuatan film cerita di Bandung.

Dua aspek penting dari awal sejarah film untuk melihat bagaimana status dan peranan film ditumbuhkan.
Ø  Film dilahirkan sebagai tontonan umum (awal 1900-an), karena semata-mata menjadi alternatif bisnis besar jasa hiburan di masa depan manusia kota.
Ø  Film dicap 'hiburan rendahan' orang kota. namun sejarah membuktikan bahwa film mampu melakukan kelahiran kembali untuk kemudian mampu menembus seluruh lapisan masyarakat, juga lapisan menengah dan atas, termasuk lapisan intelektual dan budayawan. bahkan kemudian seiring dengan kuatnya dominasi sistem Industri Hollywood, lahir film-film perlawanan yang ingin lepas dari wajah seragam Hollywood yang kemudian melahirkan film-film Auteur. Yakni film-film personal sutradara yang sering disebut sebagai film seni.

Pada tahun 1926, NV Java Film Company, yang berdiri di Bandung, membuat film cerita rakyat Tatar Sunda "Loetoeng Kasaroeng". Bahkan setahun kemudian, G. Krugers, pembuat "Loetoeng Kasaroeng", kembali menggarap film "Eulis Acih", dan "Karnadi Tangkap Bangkong".

Cerita rakyat Lutung Kasarung paling banyak dibuat film. Setelah dibuat film pada tahun 1926, dibuat lagi pada tahun 1952, salah seorang pemeran utamanya Tina Melinda. Kemudian pada tahun 1983, Inem Film menggarap kembali kisah dari Tatar Sunda itu dengan pemeran utamanya Enny Beatrice.

DAFTAR PUSTAKA



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Komunikasi Interaksi Simbolik

Makalah Sejarah Masa Kolonial Belanda